Pagi tadi rasanya aku begitu ceria, siang pun banyak kisah yang tertuang. Ini hari pertamaku kuliah di semester ganjil yang ketiga. Hingga tadi aku mendengar seruan ilmu yang mengingatkan aku dan kawan-kawan pada kitab suciNya yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Aku termenung mendengarnya, begitu menginspirasi, dari lidah sosok yang sudah biasa dikenal kami para pejuang kampus, Ust. Fadlullah (Dosen PAI FKIP UNTIRTA). Senyum-senyum kecil kepada sang pengabar kebaikan, terkadang tawa cerdas dan saling menyimak. Hingga sampai diakhiri dengan doorprize yang menggiurkan mata, walau aku tak mendapatkannya, tetap senang dan ceria.
Tetiba ada sosok lugu memanggilku sampai aku menghampirinya, menyapaku dengan manis dan penuh polos. Aku senang punya adik baru, kebetulan masa MABA (Mahasiswa Baru) masih harum tercium dari angin kampus. Akhirnya kami bercengkrama, hingga ada kata yang membuat kutersontak kaget lalu histeris sedikit. Penasaran. Ada kisah yang membuatku terasa kasihan dan khawatir, aku pendam dengan tenang, namun terpikir dahsyat. Sambil terdiam kuselinapkan kata untuk terus mencari tau kebenarannya, jika salah makna bisa berdampak aneh pada pikiranku. Langsung aku berdoa agar berita kemiringan itu tak benar adanya, untuk tetap jaga ukhuwah.
Aku sudah memendamnya walau masih terpikir. Aku melangkahkan kaki mungil ini menuju tempat yang memanggil kawanku, aku diajak bertemu sosok yang kedua usai sholat maghrib yang aku ikut masbuk saat itu. Langkah pasti ku gerakan, bertemunya aku dengan sosok yang kedua ini berawal santai dan penuh canda. Tak lama kemudian, berubah dengan nada marah kutanggapi. "Apa? jadi begitu?!!" tersontak kesalku terucap lantang. Ini masih tentang aktifitas dakwah. Aku dibuat kecewa, tentang aktifitasku yang kujaga, ternyata dirubah tanpa ada yang mengabari dengan gamblang, lalu aku baru tau saat ini dalam kondisi yang tak mendukung. Kesal. Langsung aku gerutu dengan kegondokan, sampai pada akhirnya aku bercerita ke sosok yang biasa disampingku (sosok ketiga/sudah beda orang lagi). Aku mengisahkan seluruh luapan pertanyaan hati yang tak sanggup aku pendam sendiri.
Dalam bis antar kota kami berdiskusi layaknya sidang yang sengit. Semua tentang kami dan ummat. Aku malu sungguh jika membicarakan keummatan yang sungguh belum aku raih dalam kondisi kampusku. Dengan konsidi yang berkecambuk dan nyaris membuatku lemas tak berdaya, namun aku tetap menguatkan tegaknya badanku, seperti yang diajarkan para pendahulu tentang bersabar dan tegar. Sangat banyak yang kami diskusikan hingga aku berharap diskusi ini menjadi ladang perubahan, walau kami sama-sama sempat kecewa.
Sedih, rasanya jalan ini tergadaikan dengan tingkah laku yang membosankan. Bukan hanya aku, banyak insan ternyata merasakan hal sama, namun, banyak insan itu hanya segelintir. Perubahan memang bisa diraih, seperti yang sempat kusinggung sebelumnya, bahwa perubahan cepat teratasi dengan kebersamaan yang kokoh. Sepertinya itu menjadi pupus jika dijabarkan. Pilihan kedapan itu terlalu banyak menguras ketenangan, tameng harus siap siaga dengan bermacam hal yang tak pernah dihadapi. Tapi memang harus dihadapi.
Tantangan dakwah telah dihadapan, rasanya aku masih bersama yang segelintir. Entah ini hanya perasaanku, namun sering kukaji ulang dan hasilnya tetap sama, kepekaan milik segelintir. Hingga hati menjerit, mata tak indah meneteskan kerisauan, teriakan mulut rasanya ingin segera keluar dari rongga tenggorokan. Tak sedikit juga dari segelintir mulai menepi kepinggir untuk mengibarkan bendera putih, kian segelintir dari segelintir. Memang bertahan adalah pilihan. Pilihan yang Allah tetapkan untuk segelintir dari segelintir, untuk insan yang masih diberikan kepercayan olehNya, untu insan yang terus kuat dan menjemput gelar mujahid.
Kekhawatiran begitu berkecambuk, sunyi hati ini memikirkan keberlimpahan problematika. Tak diherankan ada rasa ingin ikut melipir dan mengibarkan bendera putih, namun aku takut, aku menjadi insan yang tak bisa tepat dengan janjiNya dan mengecewakanNya jika aku ikut melipir kepinggir. Diskusi alot yang tak menghasilkan terus menjadi usaha. Membatin rasanya untuk berteriak "Haiiii..... apa yang kalian lakukaaaaan???". Banyak diskusi sedikit aksi menjadi tamparan besar. Landasan yang harusnya menjadi patokan perjuangan ternyata tak banyak yang menghiraukan, bahkan tak ada. Sudah banyak orang kejauhan yang mengingatkan "Perbaiki pemahaman antum!", namun rasanya itu hanya menjadi kicauan sesaat.
Rasa tanggung jawab menipis bagai lembaran rambut yang entah berapa inci. Tanggung jawab hanya menjadi sebuah penggugur saja, "yang penting ane selesaikan amanah ane, setelahnya biar yang lain saja". Apakah dakwah hanya pada sampai titik itu saja? Pertanyaan kotor pun terus terpikirkan dengan kualitas yang kini ada, "sudah pantaskah kita memimpin? jika belum, kenapa?", lagi-lagi pemahaman.
Keluh saat aku berada dihadapan mereka, jika kuluappkan semua pasti akhirnya aku akan tersedu sedan dan membanjirkan luapan emosi. Apakah aku tetap harus melakuakan itu? Kini hanya harap penuh kepada Allah agar setiap langkah yang menjalar pada titik perjuangan dapat diperbaiki, dan aku salah satu makhluk yang ikut memperbaikinya, semoga. Perjuangan kita masih jauh, amanah yang Allah berikan kepada kita seharusnya dapat membuat kita kuat, bukan melipir tak berdaya. Jika kegencaran gagalnya sebuah amanah, ukhuwah hingga puncak dakwah, maka ada perasaan yakin yang kutanam bahwa itulah yang cobaan cinta dariNya yang Allah titipkan untuk kita. Lari bukan jawaban. Bergerak adalah pilihan. Tergantikan, sebuah cerminan kekalahan.
Sebelum tidur, setelah berdiskusi dan diiberi secuil pengarahan tentang dakwah kampung, aku mendengar celotehan yang menggugah, dari sosok mas'ul di kampung halamanku. Hingga tak sadar menitikan luapan hati lewat mata kecilku. "Jangan lupa ruhiyah antum ditingkatin, karena sebagus apapun konsep kita kalo ruhiyahnya kendor, musnah semua deh. Tilawah antum dikencengin lagi. Ane bukan ngingetin antum aja, tapi antum biar ngingetin yang lain juga". Kata-kata sederhana itu yang tak aku dapatkan pada peradaban kampus mungilku.
Wallahu'alam bishowab.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
|Free Template Blogger | BERITA'KU | Indo Tutorials | SEO |





