... AKHIR HIDUP ...




Pernahkah melihat sempit dan dalamnya liang lahat? Pernahkah membayangkan kengerian dan kedahsyatan alam kubur? Sadarkah diri bahwa kuburan itu dipersiapkan untuk setiap kita? Bukankah silih berganti melihat teman-teman, orang-orang tercinta dan keluarga dekat diusung dari dunia fana ini ke kuburan? Dari buaian dunia yang terang benderang ke kegelapan liang lahat...Dari keceriaan bermain dengan keluarga dan anak-anak kepada kekerasan tanah dan ulat-ulat. Dari kenikmatan makanan dan minuman, kepada timbunan debu dan tanah. Dari kelembutan pergaulan ditengah-tengah keluarga, kepada bersendirian yang mengerikan. Dari ranjang yang empuk, kepada tempat pergulatan amal yang sangat menakutkan. Didalam kubur, liang yang sangat sempit itu, tak lagi berbeda antara pelayan dan majikan, yang kaya dan yang miskin, berpangkat ataupun tidak, semuanya sama. Nikmat kemewahan dan kelazatan dunia pasti akan berakhir dengan kematian. Dan segenap umat manusia sependapat, bahwa kematian itu tidak mengenal umur tertentu, waktu tertentu atau sakit tertentu. Selayaknya agar manusia selalu waspada dan terus bersiap-siap karenanya. seperti yang Rasulullah saw sabdakan :"kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka setelahnya menjadi lebih mudah. Dan jika ia tidak selamat darinya, maka setelahnya lebih mengerikan."(HR Ahmad dan At-Tirmidzi, dihasankan Al-Albani) Jika kalian melalui kuburan, panggillah mereka jika engkau bisa memanggil. Lihatlah, betapa sempit dan berdempet-dempetnya rumah mereka. Tanyakanlah kepada orang-orang kaya dari mereka, masih tersisakah kekayaan mereka? Tanyakan pula kepada orang-orang miskin diantara mereka, masih tersisakah kemiskinan mereka? Tanyakanlah tentang lisan-lisan yang dengannya mereka berbicara, sepasangan mata yang dengannya mereka melihat indahnya pemandangan. Tanyakan pula tentang kulit-kulit lembut dan wajah-wajah yang cantik jelita, tampan rupawan, juga tubuh-tubuh yang halus mulus, apa yang dibuat oleh ulat-ulat di balik kafan-kafan mereka? Lisan-lisan itu telah hancur, wajah-wajah yang cantik jelita dan tampan rupawan itu telah dirobek-robek ulat, anggota badan mereka telah terpisah berserakan. Lalu, dimana pelayan-pelayan mereka yang setia? Dimana setumpukkan harta dan sederet pangkat mereka? Dimana rumah-rumah gedong mereka yang banyak dan menjulang tinggi? Dimana pakaian-pakaian mereka yang sangat indah dan mahal itu? Dimana kendaraan-kendaraan mewah kesukaan mereka? Dimana kolam renang dan telaga pribadi mereka? Bukan kah mereka kini berada ditempat yang sangat sunyi? Bukan kah siang dan malam bagi mereka sama saja? Bukankah mereka berada dalam kegelapan? Mereka telah terputus dengan amal mereka. Mereka telah berpisah dengan orang-orang yang mereka cintai, harta dan segenap keluarganya. Karena itu wahai diriku yang tak lama lagi akan tinggal dikuburan! Kenapa terpedaya dengan dunia? Merenungi orang-orang yang telah pergi meninggalkan kita. Sungguh mereka amat berharap untuk dapat kembali ke dunia. Agar dapat menghimpun amal sebanyak-banyaknya. Tetapi, itu semua tidak muangkin terjadi, karena mereka telah dikuburkan. Yazid Ar-Raqasyi rahimahullah berkata kepada dirinya sendiri, "celakalah wahai engkau Yazid!, siapa yang akan mendirikan sholat untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan berpuasa untuk mu setelah engaku mati? Siapa yang akan memintakan ampunan setelah engaku mati?" Lalu dia berkata, "wahai manusia, mengapa kalian tidak menangis dan meratap kepada dirimu atas sisa hidupmu? Barang siapa yang akhirnya adalah mati, kuburan sebagai rumah tinggalnya, tanah sebagai ranjangnya dan ulat-ulat yang menemaninya, serta dalam keadaan demikian ia menunggu hari kiamat yang sangat mengerikan. Wahai, bagaimana kah keadaan seperti ini?" Lali beliau rahimahullah menangis. Sesungguhnya jika Allah berkehendak kebaikan terhadap hamba-Nya, maka dijadikan dosa-dosa terbayang di ruang matanya



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
|Free Template Blogger | BERITA'KU | Indo Tutorials | SEO |
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar