Husnudzon? Ihsanudzon bahkan!




Tulisan ini by Kaka' Guru (Ahmad Muhaimin).

Suatu ketika ada seseorang datang kepada Nabi namanya Maiz bin Malik, dia berzina. dia berkata:


"zannaitu ya Rasulullah, fathohirni", "Aku berzina ya Rasulullah, bersihkan aku", Nabi tidak menengok kepada dia, malah beliau mengalihkan pandangannya. 

Nabi malah mengusirnya "Maiz, pergilah!", 

Tapi Maiz masih kukuh dan tetap mengaku juga "Zannaitu ya Rasulullah, fathohirni" "Aku zina ya Rasulullah, bersihkan aku". 

Maiz terus menerus mendesak pada Rasulullah. Rasulullah mencoba memberikan alasan, 

Rasulullah bersabda "La'allaka tobbalta ya Maiz","Mungkin saja kau cuma cium Maiz", "La'allaka romaz","Mungkin saja kau cuma raba-raba saja", 

Maiz malah semakin tegas "Ya Zannaitu Ya Rasulullah" Aku zina ya Rasulullah, kau tak tahu", 

disetengah riwayat Rasulullah berkata "Kau mabuk Maiz". 

Maiz terus mendesak, akhirnya hukuman jatuh kepadanya. Maka ia dirajam dua atau tiga hari, kemudian datanglah Rasul sambil memberikan salam kepada para sahabat yang sedang duduk, dan beliau pun ikut duduk. Lantas Rasulullah saw. berkata :”Mintalah ampunan kepada Allah swt untuk Ma`iz bin Malik, sungguh ia telah benar-benar bertaubat kepada Allah swt, seandainya taubatnya itu kamu bagi-bagikan kepada satu ummat pasti akan mencukupinya.”

Sungguh indah nian kisah para sahabat dan Rasulullah saw, mutiara yang tidak pernah habis jika terus digali dan dicari. Secuil kisah nan hikmat yang dicontohkan oleh Rasulullah tentang apa itu husnudzon atau berbaik sangka, bahkan lebih dari itu. sebelumnya Allah telah menegaskan dalam surat Al Hujurat ayat 12: 

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan jangan kamu cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Sifat mulia ini mulai tergerus semakin parah, husnudzon atau berbaik sangka diantara kita menjadi komoditas yang mahal. Kita mudah percaya apa kata orang lain tentang keburukan-keburukan saudara kita, kita juga sering menafikan kebaikan-kebaikannya bahkan mencurigainya dengan berbagai dalil dan alasan. Ada yang berprasangka seorang itu mau menang sendiri lah, semena-mena lah, mengincar jabatanlah, mengincar uang lah, mengincar akhwat(perempuan) lah. Entah istilahnya dengan "tuh lagi manuver" "nelikung" "PedeKate" "Tebar Pesona" "Cari Muka"

Istigfar teman. Coba lihat suri tauladan kita, bagaimana Rasulullah tetap berbaik sangka hatta(walaupun) sahabat tersebut mengaku di depan Rasulullah! Rasulullah mengawali dengan tidak mengubris ucapannya, bahkan diusir kan! setelah di desak Rasulullah mencoba memberikan dalih kepada Maiz barangkali sahabatnya itu salah, mungkin cuma mencium, mungkin cuma meraba. Sampai akhirnya Maiz terus mendesak, ada riwayat setelah Maiz empat kali menemui Rasul di hari yang berbeda barulah ia di rajam. Hingga akhirnya Allah menerima taubatnya. 

Itu baru ke sesama manusia bagaimana kepada Allah swt?

Terkadang kita sudah berusaha mati-matian, menggerus tenaga kita, pikiran kita, waktu luang kita, tapi ko hasilnya gak sesuai dengan jerih payah kita? oke kalau itu ternyata memang urusan kita saja, nah kalau itu urusan ummat juga, dakwah? 

"Ud'ullah wa antum, uqiimuna bil ijabah", "Kamu doalah kepada Allah dalam keadaan kamu yakin diterima"
mungkin saja kita lupa berdoa, mungkin saja kita kurang yakin...sudah doa, sudah yakin?

"Wa'lamu annallaha la yaqbalu du'a min qolbillahi gofil", "Ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa daripada hati yang lalai dan alpha."
mungkin saja kita sedang lalai, mungkin saja kita alpha.

Ingat janji Allah teman dalam surat Al Baqoroh ayat 186
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."

Jadi Allah sudah pasti mengabulkan doa hamba-Nya, kecuali hamba-Nya tidak berdoa sungguh-sungguh.

Hanya jika Allah memperkenankan suatu doa, Allah mengabulkan dengan berbagai cara. Misal seorang hamba meminta uang, sebenernya dia bukan meminta uang tapi minta kebahagiaan, tapi dia sangka dengan adanya uang maka akan ada kebahagiaan. Allah kadang-kadang tidak berikan uang sebesar apa yang dia harapkan, tapi Allah beri kebahagiaan. Dia doa minta istri cantik atau lawan jenis yang dia taksir bertahun-tahun bahkan, Allah tahu itu tidak baik untuk dirinya, Allah beri juga istri/suaminya tapi bukan sesuai permintaan hamba-Nya. Tapi yang Allah berikan itu lebih baik untuk kehidupannya, lebih baik untuk kebahagiaan rumah tangganya, dan lebih baik untuk hamba-Nya dalam menjalankan hidup. 

Ada juga istilah lain yaitu ditundanya doa, mungkin belum waktunya menurut Allah acara-acara dzikirullah kita ramai dengan orang, mungkin belum waktunya menurut Allah seseorang itu mendapat hidayah, mungkin belum waktunya menurut Allah dakwah ini menang. Mungkin Allah ingin lihat siapa saja yang berjuang terus dijalan-Nya, siapa saja yang masih bersusah payah walaupun hampir tanpa hasil tapi hanya berharap pada ridho Allah, dan siapa saja yang bertahan sampai akhir. 

Namun ingat teman hadis qudsi "ana 'inda dzonni 'abdii bii" "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku"
Maka janganlah coba-coba berprasangka buruk di setiap keadaan.

Jika memang ada istilah diatas husnudzon, maka saya akan memakai ihsanudzon. Sebenar-benarnya berbaik sangka. Wallahualam bissawab




Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
|Free Template Blogger | BERITA'KU | Indo Tutorials | SEO |
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar