Hutang Kita Kepada Para Syuhada




"Kesibukan ane sekarang jadi aktivis dakwah kampus aja sih.."
"Dimana, akh?"
"Di wajihah xxx Universitas xxx"
"Subhanallah, ternyata dunia sempit ya.. ane juga sama, sekarang wajihah ane di Universitas yyy juga lagi sibuk urus dauroh ajah.."

Hmm begitulah sedikit perbincangan dari salah dua orang yang bertemu tiba-tiba disebuah masjid saat beristirahat ditengah perjalanan mudik lebaran. Karena merasa ketemu tampang yang nggak jauh beda, akhirnya saling tegur sapa. Sudah biasa rasanya kalau kita juga mengalami hal seperti ini, bertemu dengan sahabat dari beda Universitas namun dengan lebel wajihah yang sama. Itu sudah lumrah.

Tapi ngaku, dan yakin kaya dialog yang "ane sekarang jadi aktivis dakwah" hmmm agak nyerempet kearah yang mengkhawatirkan. Why??? Aktivis dakwah (mau dikampus atau dimanapun), adalah kata yang singkat namun penuh makna ini menjadi sebuah kata trobosan yang kayaknya WAH banget gitu lho. Secara dari kata Aktivis, kita bisa membayangkan betapa aktifnya orang yang disebut aktivis itu dalam setiap kegiatan disebuah lembaga maupun organisasi yang resmi. Dakwah, jika diulas pun akan sangat menguras banyak waktu, karena makna dakwah dari satu kata itu malah kian banyak, jika dilihat dari berbagai sisinya. Aktivis dakwah akan sangat mengkhawatirkan jika dianggap biasa-biasa saja.

Banyak dari kita mungkin yang mengaku bahwa kita aktivis dakwah, baik dalam hati maupun sebuah pengakuan dengan lisan, namun belum paham isi dari konteksnya. Jika kita tersadar, maka mungkin kita akan ingat bahwa hutang untuk menjadi ADK/ADS/ADW (W = wilayah) itu sangatlah bergelimpangan. Apa lagi di Indonesia ini, masih banyak PR besar yang harus kita selesaikan bukan dengan hal yang ecek-ecek, melainkan dengan strategi yang matang dan arah pasti.

Buku-buku yang sengaja saya potret (lihat gambar), itu beberapa bekal untuk menjadikan kita lebih bersemangat dan tau arah (walau belum begitu lengkap dan masih banyak lagi santapan buku sebagai referensi para aktivis). Selain kita ahli dalam menguasai medan, kita juga harus memiliki bekal dan ahli dalam bidang ilmu atau bisa dibilang ini adalah salah satu pemantapan fikroh. Sudah sejauh mana kita menguasai? Apakah kita menyi'arkan islam dengan kemampuan seadanya dan untuk bekal sesaat saja, yang tak bisa menumbuhkan rasa antusias orang lain (yang kita syi'arkan) untuk tetap pada prinsip yang baik?

Tempo hari, saya berkumpul dengan beberapa sahabat di rumah, yang sama-sama gelisah dengan kondisi ummat saat ini. Kenapa saya sebut gelisah? Ya, karena kegelisahan inilah yang terpenting dalam dakwah. Saya sangat khawatir jika men-judge bahwa saya dan kawan-kawan adalah aktivis dakwah, karena sepertinya belum bisa dikatakan pada taraf itu. Kami sama-sama mengulas balik kisah para sahabat dengan kriteria perjuangannya masing-masing, yang tetap konsisten, yang pada dasarnya menempatkan semua karena Allah.

"Sudah sampai mana bacaan manhaj antum? Sudah selesaikah? Atau malah, masih belum selesai sama sekali (a.k.a belum dibaca)?" Tersontak pertanyaan dari seorang sobat itu hadir dalam keceriaan kami dan hanya sunyi yanga ada saat itu. Saat semua menjawab bergiliran, jawabannya nggak jauh berbeda dan penuh tampang malu. "Buku ini baru separo, kalo yang itu udah habis sih tapi itu juga PR dari MR plus syarat ikut dauroh, terus yang lain yaa sama masih separo-separo aja. Mungkin bacanya tergantung mood itu.." santai-santai malu memilukan, jawaban itu pun muncul seketika. Rata-rata jawabannya sama seperti itu. Akhirnya mengundang pertanyaan yang lain.

"Terus antum berdakwah berdasarkan apa? Al Quran dan As Sunnah aja?" ketawa-ketiwi hadir saat itu, namun tetap malu memilukan, huft... Lanjut.. "Antum gimana siap terjun untuk dakwah kalo bacaan antum masih separo-separo? Nanti yang ada mungkin apa yang antum sampaikan separo-separo juga lagi"

Dari pertanyaan yang nyentil itu menghasilkan banyak pemikiran, salah satunya bagaimana terus semangat dan memaksakan diri untuk membaca buku-buku itu, buku-buku yang memang disiapkan untuk mental pejuang dakwah yang sesungguhnya. Pikiran ini terus bercabang-cabang sampai memunculkan banyak ide-ide sederhana namun sepertinya bisa menjadi cara agar perjalanan indah ini terus berlanjut. Mungkin cara-cara yang terpikirkan ini sudah biasa dikalangan orang-orang terdahulu (para senior), namun sekarang, kemerosotan dakwah sangat terasa, bukan di satu tempat, melainkan banyak tempat di Indonesia yang meresakan hal tersebut karena beberapa faktor.

Para qiyadah yang kian sedikit bertoleransi mengingatkan jundi-jundinya akan kesadaran cita-cita bersama ini. Atau malah bekal qiyadahnya pun belum bisa dibilang cukup? Jika kita membayangkan posisi kita seperti saudara-saudara di Mesir yang sedang bergejolak saat ini, mungkin kita akan segera hancur lebur, karena masih mengartikan perjuangan ini untuk formalitas belaka. Masih ada diantara kita yang halaqoh karena untuk menggugurkan keberadaan di wajihah, lalu karena ada teman yang asik, karena ingin cari jodoh, karena untuk kekerenan aja saat berada di wajihah. Sebetulnya bukan itu yang diinginkan oleh para sahabat kepada kita. Kita diajak berkumpul bersama, untuk menumbuhkan pemikiran yang matang, yang jelas arahnya, kita disana diingatkan betapa pentingnya hidup antum untuk orang lain dan antum harus menguasai setiap ilmu untuk menjadi senjata ampuh, kita juga diingatkan bahwa setiap kita adalah pemimpin yang akan memajukan ummat. Jika dalam halaqoh saja hati-hati kita belum menyatu satu sama lain, maka bagaimana untuk menyatukan seluruh hati ummat muslim se-Tanah Air ini? Apa kabar Rabithah kita?

Apakah dakwah kita masih ecek-ecek? "Kalo nggak ada si ukhti, ane nggak mau dateng ah.. males nggak ada temen yang bisa diajak ngobrol" atau "Kalo ada si akhi, ane males dateng ke kajian lah, males ketemu dia" Itu kah dakwah kita? Mau beramai atau sendiri kita harus siap. Jika masih ada pemikiran cetek seperti itu, tak dipungkiri bahwa dakwahnya masih seujung rambut, belum sampai akar-akarnya dipahami. Astaghfirulloh.. Inikah kemerosotan ummat? Jika kita masih merasa, "ah kayaknya ane nggak kaya begitu, malah ane yang bergerak sendirian, ane masih bisa ko, tapi mereka itu mbok yaa sadar gitu lho.." Bagus kalo kita masih sadar dan bisa bergerak walau sendiri, tapi apakah dalam kesendirian mempercepat pergerakan? Atau hanya melejitkan nama saja? Sudahkah dengan kesungguhan mengajak kawan untuk sama-sama berbagi dengan yang lain? Atau mengandalkan secarik sms JARKOM atau TA'LIMAT yang kian diabaikan keberadaannya? Sudahkah bicara dari hati kehati?

Banyak sekali kekhawatiran, sampai diri ini pun bertanya "Ya Allah, sesungguhnya sudah sampai mana taraf dakwahku ini? Apakah aku pantas dikatakan seorang aktivis dakwah? Ataukah aku masih setaraf dengan orang yang aku dakwahi? Berikan hidayahMu, dan jika memang pantas, jadikanlah aku salah satu penggerak keluarga, sahabat, adik-adik dan orang-orang disekitarku dalam berislam.."

Para syuhada bukanlah orang yang ecek-ecek, para syuhada adalah orang-orang pilihan Allah, para syuhada adalah penggerak yang tangguh dan mengayomi setiap langkah untuk kesejahteraan ummat. Para syuhada adalah yang tak pernah takut untuk mati dalam kondisi berjihad, para syuhada adalah insan yang yakin akan bertemu Allah jika mereka menyerahkan seutuhnya kepada Allah. Mental mereka adalah mental baja, fikroh mereka adalah fikrohnya fikroh. Apakah kita sudah sampai pada titik itu?

Ikhwah fillah, ini mungkin hanya segelintir jeritan hati yang ingin segera terluapkan dengan pasti. Entah output apa yang akan diterima, namun harapannya sebuah pergerakan nyata. Saya hanya ingin kita disini sama-sama berpikir, sama-sama memuhasabahkan diri bahwa, sudah sampai mana posisi dakwah kita hari ini? Jika kita sangat menikmati keleha-lehaan dihari ini, maka sampai kapan perubahan yang diimpikan itu tercapai? Ataukah impian bangkit itu sama sekali tidak pernah ada didiri masing-masing kita? Jika itu yang terpikirkan, maka hutang kita pada para syuhada untuk meneruskan perjuangan mereka akan kian menumpuk, mungkin hingga membusuk.

Wallahu'alam bishowab..



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
|Free Template Blogger | BERITA'KU | Indo Tutorials | SEO |
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar