My Husband My Adventure

Sudah 2 tahun usia pernikahan kami, memang ceritanya banyak sekali, bahkan seolah seperti kita sudah saling mengenal lam sekali, bukan seperti pertemuan 2 tahun. Mungkinkah ini yang dinamakan rasa sakinah? Semoga Allah selalu melindungi kita hingga JannahNya ya, sayang...

Berawal dari hobi jalan-jalannya, aku sampai ikut kemana-mana, kalau dihitung dari awal kami menikah itu rutin setiap 2 bulan sekali kami berkelana ke kota atau pulau orang. Bukan untuk hambur, tapi untuk mengembalikan inspirasi hingga ternyata banyak pelajaran yang didapat dari jalan-jalan.

Dulu, aku ngerasa ngapain sih jalan-jalan terus? udah lah kita urusin kegiatan kita di rumah ini, masih banyak yang harus kita penuhi n bla bla bla... Ya, pikiran semua emak-emak kayaknya sebagian besar begitu, mending uangnya buat ini itu, mendingan ditabung, mendingan waktunya buat ngerjain kerjaan yang lain. Tapi kini, aku merasa aku sudah tertular virusnya.

Yap, virus jalan-jalan ala bapak beranak satu itu hehehe. Ternyata banyak yang bisa kita dapat dari berjalan, berkelana, sembari mentadaburi apa yang Allah kasih. Bersilaturahmi paling penting, ini buat kita makin merasa bahwa kita punya saudara itu banyaaaaak sekali. Awalnya nggak tau soal orang-orang disana gimana bahkan nggak kenal, tapi dengan kita bertemu mereka banyak pelajaran berharga yang kita dapat. Itu positifnya ya hehe.. Negatifnya kalo jajan kebanyakan atau pengen beli banyak oleh-oleh, ini penyakit aku sebagai emak-emak milenial hahahaha

Belajar banyak dari orang daerah atau orang-orang yang kita temui itu membuat kita luas wawasan "WAH WAWASANKU LUAS YA" hahahaha.... tapi nggak buat kita menjadi sombong, malah semakin merasa bahwa banyak yang masih belum kita punya, masih banyak yang belum kita tau dari sekian banyak ilmu yang kita pelajarin di sekolah, itu masih sedikit banget. Belajar dari pengalaman orang yang beda daerah, itu menyenangkan sekali, mendengarkan sejarah daerah mereka dan menjelajahi setiap tempat yang bernilai sejarah.

Dari suamiku aku belajar apa arti hidup, belajar hidup dengan banyak orang yang baru kami temui. Dan yang paling bermakna adalah semakin membuat aku merasa bahwa Allah SWT itu adil menciptakan kita, perbedaan membuat banyak sekali warna, tanpa perlu melunturkan persatuan. Kalau aku sedang berada di atas awan (naik kapal terbang) itu semakin sadar kalau kita hanya makhluk kecil sekali, keciiiil sekali, sampai nggak kelihatan, tapi kenapa masih suka sombong ya? Malu lah inget itu.

Alhamdulillah, semua buat lebih jadi bermakna, semakin banyak cerita dan warna, meski kadang kali kita saling sebel-sebelan karena hal sepele, eh tapi banyakan aku sih yang suka kesel-kesel manja gitu, entah karna jadi emak-emak itu buat lelah ya? tapi sih ini cuma perasaan aja kali ya.. emang lemah aje hahahaha....

Cobaan yang kami hadapi nggak sedikit, tapi satu persatu berusaha kami perbaiki, atas izin Allah selesai perlahan, meski tak seperti yang kita inginkan tapi jalan pilihan dari Allah itu yang paling terbaik, paling bikin adem dan malah lebih keren dari prediksi kita yang cuma manusia mini ini.

Semakin sayang Abahnya Zaina, semakin juga menikmati rahmat, nikmat, hidayah, berkah dan bimbingan dari Allah SWT bersamamu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menjadi Dewasa itu Langka

Semasa hidup kita, nggak jarang kita merasa bahwa kita sudah bisa ini itu, karena kita punya ini itu. Bahkan ada yang merasa jika sudah bisa kerja dan memanajemen keuangan dengan baik, semua dilakukan sendiri dan mandiri, akhirnya merasa dewasa. jika dewasa diukur dengan hal tersebut, anak SD yang bisa jualan dan bisa jajan sendiri karena mandiri dengan usahanya juga bisa disebut dewasa dong?

Hohoho memang nggak semua bisa disebut dewasa. Kenapa? Manusia itu punya kehidupan yang berbeda-beda, setiap hari tak pernah sama, sehingga banyak manusia yang juga merencanakan kehidupan kedepan. Tapi dewasa.. kayaknya nggak bisa direncanakan. Menjadi dewasa itu sederhana, seperti menanam bibit dalam sebuah pot, sangat sederhana. Tapi jika kita belajar dengan bibit tadi, nggak akan bisa bibit itu tumbuh dengan baik kalau setiap hari tidak dirawat. Begitu juga dengan kita.

Kenapa aku bahas tentang Dewasa, karena mungkin aku terlalu kagum dengan orang-orang yang aku anggap dewasa, menjadi dewasa itu bukan hal yang sulit tapi tak mudah juga. Kalau melihat teman-teman yang sudah aku anggap dewasa, rasanya gampang "meniru" mereka, tapi saat dicoba nggak mudah juga yah, pasti ada tantangannya. Baik itu pengaruh lingkungan maupun diri sendiri.

Allah SWT menciptakan manusia juga untuk memilih, nantinya manusia yang akan mengetahui menjadi apa ia kelak. Hukum dewasa memang sederhana, tapi tak sesederhana jika direalisasikan. Kalau saya melihat teman yang ia aku anggap dewasa, mungkin masalah yang ia hadapi sudah lebih banyak dariku. Kenapa masalah? Yup, karena masalah yang memberi kita banyak sekali pelajaran dan masalah juga yang bisa mengajak kita untuk lebih mawas diri, sabar, tekun, memahami hidup dan akhirnya kedewasaan itu akan muncul.

Aku sendiri sih nggak yakin aku sudah deawasa, secara apa-apa juga belum bisa mandiri hehehe (pengakuan gitu :P). Tapi rasa ingin menjadi sosok yang lebih dewasa itu ada, sempat aku mencoba meniruka temanku, tapi selalu saja gagal, aku dikira sedang sakit hahaha... yasudah akhirnya aku kembali kewujud asalku yang pecicilan dan agak sedikit mendekati kearah manja (yeileee susah amat mau ngomong "emang manja" aje -_-). Tapi kalau dengan imajinasiku sih ada beberapa macam dewasa; ada yang dewasa karena banyak masalah akhirnya ia memahami arti kehidupan, ada juga yang dewasa karena sudah waktunya.

Aku anggap yang poin pertama sudah pada paham, nah yang poin kedua nih yang agak rancu "dewasa karena sudah waktunya? berarti pas tua dong? bukannya tadi katanya dewasa itu nggak mandang umur?"
Sabar keleus..haha... Jadi maksud dari dewasa karena sudah waktunya itu, disaat momennya dia harus dewasa yaa dia akan dewasa, misal di depan adik kelas sepertinya nggak mungkin dong menampilkan sifat manjanya, karena pasti gengsi atau yaa emang nggak bisa aja gitu buat manja didepan adik-adik kelas, kayak ada energi otomatis yang tiba-tiba nggak tau dari mana bikin kita jadi sosok kakak dihadapan adik kelas itu. Atau gini, mereka yang sudah punya anak, mau nggak mau harus dewasa bagi anaknya, kalau kakak kelas dewasa bagi adik kelasnya. Kecuali kalo nggak normal, mungkin bisa aja menampilkan sisi ketidak dewasaannya dihadapan adik kelas atau anak.

Manfaat kalau kita bisa dewasa itu banyak banget, antaranya; kita bisa lebih tawazun (seimbang), kita bisa lebih tau mana baik dan buruk, kita bisa lebih peka terhadap sekitar, kita nggak meributkan hal kecil, bisa mengendalikan emosi dan tau sikon. Nah, tau sikon ini adalah, kita bisa menempatkan/menyesuaikan diri kita dimanapun kita berada.

Sesekali kita suka mikir begini, anak yang manja itu anak yang nggak dewasa. Menurut aku sih belum tentu, seperti yang udah kita bahas diatas, bisa menyesuaikan diri, kalau dihadapan orangtua bolehlah manja yang tetap dewasa, bukan yang kebangetan.

Aku senang melihat teman-teman yang aku anggap dewasa, karena mereka bisa jadi orang yang sangat bijak dalam mengambil keputusan. Kalau belum dewasa biasanya kayak ego sendiri gitu (kaya curhat yah gue :D), yah begitu deh pokoknya. Sampai nggak semua orang yang sudah tuapun bisa langsung menjadi dewasa atau benar-benar dewasa. Karena dewasa itu seni kepribadian dalam mengendalikan diri, bukan untuk mendapat apa yang "aku" mau tetapi apa yang kalian "mau". Menyesuaikan alur dan memberika inspirasi yang mantap, dimulai dari pengalamannya itu tadi hehehe

Sudah makin malam, khawatir makin ngaco nih tulisan. Semoga bermanfaat dan semoga kita bisa menjadi dewasa (:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perjalanan Ini

Aku tak tau, apakah hal ini sudah biasa dalam perjalanan hidup manusia, atau memang aku saja yang mengalaminya di fase ini? Saat ini rasa yang begitu membuat aku berontak mulai membayangi hingga urat nadi ini berdenyut lebih kencang dan cepat, darah terkadang tak beraturan untuk segera naik memenuhi otakku ini. Ketika jalan ini begitu terasa padat dengan hari-hari yang telah diatur, aku mulai meraba-raba mana yang memang harus aku perbaiki. Aku belajar menghargai, meneriman, memberi, memaafkan hingga bersabar dengan ikhlas dengan setiap tantangan yang ada saat ini.


Jujur, aku bukanlah malaikat yang bisa memenuhi keharusan-keharusan yang ada dengan teratur dan pasti, ada kalanya aku berproses dengan kemauanku sendiri, dengan pemikiranku sendiri. Namun aku tetap melihat konteks pemikiranku, apakah sesuai dengan yang seharusnya atau bahkan membahayakan. Dengan bekal yang telah dianugrahkanNya, aku selalu berpikir lebih positif kedepan. Aku selalu mencari wadah yang bisa memperbaiki diriku agar lebih baik lagi dari sebelumnya, hingga aku bertemu dengan kawan-kawanku dimana mereka mengajariku banyak hal. Kini aku dapat ilmu, dimana kawan-kawan baikku mengajari bagaimana berorganisasi dengan baik dan teratur. Itu belum cukup bagiku, karena aku harus mempraktekannya dalam dunia nyata.

Sampai aku mencoba hal baru di tempat yang aku sebut sebagai duniaku. Aku diluar banyak belajar dengan kawan-kawanku itu, dan berniat mengaplikasikannya dalam kehidupan dimana aku pergi. Aku pun mencoba di kampus dan dimanapun dari ilmu yang aku dapat. Terkadang praktek itu memang lebih rumit ketimbang teori yang didapat. Akan banyak pertentangan yang diterima manakala kita mengaplikasikan kebiasaan baik yang ingin kita mulai, dimanapun. Awalnya aku pikir ini mudah, karena aku mempraktekan ilmu baru dan strategis kepada saudaraku juga, walau beda tempat. Tapi memang apa yang kita inginkan tak melulu mulus, selalu ada rintangan, selalu ada penolakan, mulai dari yang halus hingga penolakan yang menyakitkan hati.

Saat aku menatap langit, aku berpikir ditempat lain langit pun akan sama. Hahh.. ternyata tidak seperti itu, karena harus ada metode lain yang harus disusun sedemikian rupa, agar apa yang aku harapkan bisa berjalan dengan baik. Karena setiap pengalaman akan berbeda, karena setiap pengalaman akan bergulir sesuai zaman. Seperti yang Rasulullah saw. alami pada masanya, bahwa kita memang harus membuat strategi yang matang dalam sebuah maidan pertempuran, walaupun itu dilahan saudara kita sendiri. Niat kita ingin membantu saudara kita yang mungkin masih harus kita bantu karena sesekali mungkin ia terjerembab didalam keburukan ternyata tak berhasil, karena teknik yang diterapkan itu tadi, tidak harus sama.

Kini, aku sedang merenung, berpikir, bagaimana memberi penerapan yang baik kepada saudaraku sendiri, sesuai ilmu yang ku dapat di luar, namun dengan metode yang berbeda. Aku tau, mereka bukan anak kecil lagi yang butuh disuapi dengan sendok kecil agar tidak keselek bahkan muntah, namun setiap jalan memang harus dilalui dengan proses. Sakit hati ini saat dikatakan bahwa aku memberi masukan layaknya orang luar, bukan orang dalam. Jujur, aku menilai seperti itu karena memang aku belajar diluar, agar aku bisa terbuka pikirannya, agar aku bisa dapat masukan yang lebih jernih tanpa campur pemikiran dan ideologi yang saudah ada dalam benak masing-masing saudaraku itu.

Namun, inilah jalanku. Setiap manusia akan merasakan hal yang sama, dengan kondisi dan problematika yang berbeda. Aku hanya mencoba untuk terus bersabar dan melupakan hal yang hanya membuang waktuku saja. Aku hanya ingin berpikir kedepan, walau saudaraku menyangka aku seperti orang lain, entah karna ia hanya berpikir ditempat saja, atau aku yang berlebihan mencari inspirasi.

Semoga ini menjadi bahan renungan dan evaluasi bersama. Maaf jika aku masih belum bisa dipandangan dengan baik olehmu, aku terus berusaha menjadi apa yang kau mau, namun apakah amsih salah jika aku menerapkan pelajaran yang aku terima walau dari luar, walau yang diluar itu juga saudara kita yang memberi saran. Kadang aku berpikir bahwa aku akan mengikuti apa maumu, walau itu tak baik, walau itu hanya keegoisanmu, aku mencoba untuk mengikutinya. Walau aku tau, jika begitu , jalan ini tidak akan berkembang. Namun aku mencoba sabar mengikuti egomu. Biar orang lain yang menilai. Dan semoga aku masih bisa ikhlas menganggapmu sebagai saudara yang dulu pernah kukenal. Perbedaan yang ada saat ini membuat kita jauh, aku takut ini hanya karena urusan dunia. 

Duhai saudaraku, mari kita luruskan niat kita. Jangan kau makan egomu dengan hal yang menjebakmu sendiri, atau menjebak kita semua. Harapku, kita akan terus istiqomah dan berukhuwah. Karena disetiap jalan ada cerita yang naik turun, dalam rangka Allah mengetahui seberapa jauh makhlukNya serius dalam mengemban jalan ini.

Wallahualam..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

#RapimnasKAMMI2014 (part 1)

Awalnya dapet BC dari kawan di grup WA KAMDA Serang, biasa aja sih bahasa pesannya, tapi nggak tau kenapa kali ini bikin aku penasaran. Inti dari pesan itu bahwa akan ada acara Rapimnas tanggal 5 Juni di Bdiklat Kemensos Jaksel, yang akan dihadiri sama Prabowo juga JK (awal pesannya begitu). Waaaooow keren banget kan kalo bisa ikut nimbrung walau sebentar hehehe...


Waktu pelaksanaanya "pokoknya kumpul di depan halte IAIN SMK Banten jam 6 pagi ya, kita sewa bus, ajak kawan2, ini FREE". Makin tergoda saja mata ini hingga turun kehati lalu naik ke otak untuk menjurus pertanyaan penasranku. "Itu acaranya disana jam berapa? terus kalo ane berangkat dari tangerang gapapa kan? terus kalo ane bawa temen gapapa kan? itu kalo buat anak kammi dari tahun berapa ya yang boleh ikutan? harus mahasiswa kah?" Hahah serangan pertanyaan aku lontarkan dan hanya dibalas dengan senyuman oleh ketum KAMDA Serang. Tak sesuai harapan fufufu

"Ya, ukhti.. ini acaranya untuk anak kammi saja, ajak ya temen2 dan adki2nya untuk bisa ikut :)"
Sambaran halus yang biasa aku dapat dari sang kakak yang satu itu. Nggak ambil pusing, langsung lah aku mengagendakan untuk hadir ke acara tersebut. Tak selang beberapa lama, ada kabar terselubung lagi yang menjelaskan bahwa yang akan hadir bukan Prabowo dan JK tetapi Hatta dan JK. Hmmm nggak membuatku putus semangat. Secara aku ingin melihat seperti apa sih sosok mereka yang selama beberapa pekan terakhir ini selalu muncul id televisi dengan senyum lebar mereka hoho..

Aku bukan orang yang faham tentang banyak jalan kecuali aku sudah pernah mengunjunginya hehe (kayaknya semua orang juga begitu ya :D). Apalagi daerah Jakarta, gak begitu kenal,karena biasa muter-muter di daerah Banten (utamanya Serang), karena kuliahnya emang disana. Aku ajak kawan-kawanku untuk ikut serta, tapi Allah berkehendak lain, teman-teman yang aku ajak yang awalnya bisa, semua cancel tidak jadi ikut, karena stu dan lain hal. Hmm masih belum bisa menyurutkan keinginanku untuk tetap hadir ke acara itu.

Akhirnya aku bertanya kepada teman-temanku via Whatsapp tentang alamat lengkap juga rute menuju Badiklat Kemensos Jaksel. Rata-rata pada bingung memberi rute dan angkutan umum yang pasti. Ada yang usul "naik kereta lalu naik ojeg", ada yang usul "naik busway aja kan bisa sambil jalan2" o.O, ada yang usul "naik bus ini terus turuan disana lalu naik angkot ini terus naik angkot anu dan angkot itu" masya Allah panjang juga ya rutenya, dan terakhir yang paling keren adalah usul ini -> "naik taksi aja cuma sekali jalan" *ngoks -__-

Aku yakin dengan pertolongan Allah, terlalu fokus sama alamat yang gak begitu jelas, mamaku pun bertanya "emang itu ada di jalan apa? deket apa gitu?" Hahh langsung tercerahkan, aku langsung bertanya tentang hal itu kepada temanku yang aktif di pusat, "itu ada dijalan apa ya, ka'? patokannya apa?"
Tadaaaa akhirnya ada jawabannya "pokoknya Jl. Dewi Srikandi, belakang RS Budhi Asih"
Triiiing... langsung lah aku beredar menanyakan lagi ke temen-temen yang faham rute. Sampai pada akhirnya aku menemukan jawaban yang pasti "Oh kalo kesitu mah hestu naik Agramas yang arah pasar rebo terus naik metromini 53 aja" Sipks kalo itu aku kebayang lah rutenya hahaha...

Dengan modal gak tau diri, aku pun berangkat di pagi hari, sekitar jam 6 pagi lewat dikit lah..
Eits hampir ada yang lupa. Aku berangkat naik Agramas bersama sepupuku, Endah. Secara doi kuliah tiap hari selalu turun di pasar rebo lalu lanjut naik angkot menuju UHAMKA. Fixed "aku sama kamu ya, ndah" sambil ngerayu gombal, dengan suara lembutnya ia menjawab "iyaa etu". Hahhaha senang sekali bisa ada temannya juga, yaa walau cuma sampe pasar rebo. Banyak untungnya juga bareng Endah, karena dengan dia bisa ngerumpi tentang rencana untuk adik-adik ROHIS kedepan (Endah satu sekolah denganku di SMK Prudent School, sama-sama ADS *tsahh)

"Kita turun disini ya, tu.."
"Biasanya kamu lewat pintu depan atau belakang kalo turun, ndah? kalo aku kalo turun di depan kampus lewat pintu belakang, jadi biar enak langsung nyebrang, nggak nunggu busnya lewat"
"Aku lewat pintu depan, tu.. kan mau nyebrang hehe"
"Oke, kita lewat pintu depan ya.. Oiya, nanti kalo aku pulang kau naik busnya dimana, ndah?"
"Disana aja tuh, tu.. yanga da tulisan TAMAN tuh"
"Hooyayaya okeh"

Sebenernya perbincangan diatas ga begitu penting sih, tapi gapapa lah, udah kebaca juga kan ya? huhuhu

Akhirnya aku dan Endah berpisah di pasar rebo dengan mata tak tega plus backsound "Sahabat Sejatiku - Sheila on 7". Tapi kayaknya Endah tega-tega aja tuh ninggalin aku sendirian *plakk. Hmm nunggu metromini 53 lumayan lama juga, sekalinya ada selalu penuh penumpang. Untung aja sebelumnya aku dan Endah udah sempet sok nanya-nanya ke Pak Polantas yang lagi bertugas, dan sempet susah ngedapein Polantasnya, karena geraknya gesit banget. "Perasaan tadi polisinya disini deh, tu" suara Endah kebingungna sambil clingukan. "Wah itu dia polisinya" kataku sambil nunjuk polisi disebrang sana. Meh.. gak mungkinkan aku nyebrang lagi buat bertemu dengan sang polisi. "Udah, ndah.. kita tunggu aja polisinya nyebrang lagi, bentar lagi juga nyebrang" dan eing ing eng... gak lama kemudian beneran aja tuh polisi udah ada di depan kite hehe. Lansung nggak ambil lama buat nanya.

"Misi, pak.. mau tanya"
"Yap" jawabnya sigap tanpa senyum
"Kalo ke budhi asih itu kearah mana ya, pak?"
"Oh kesana, naik angkot 06 arah kampung melayu"
"Oh kalo naik metromini 53 bisa juga kan, pak?"
"Bisa"
"Makasih, pak.."
"Ya"

Sadiiiissss..... untung kau gak kelepasan bilang "bagi senyumnya dong, paaak" hahaha
karena metromini gak menunjukan tampilan yang bagus, akhirnya aku mutusin naik angkot 06 arah KamLay (a.k.a Kampung Melayu). Awalnya aku pikir sih akan biasa aja perjalananku ini, karena belum nemu kendala yang baru tuh, apalagi jalan menuju Badiklat Kemensos semakin dekat. Still yakin aja gak bakalan ada masalah yang serius. Tapi namanya merantau ke negeri orang, aku bertanya ke salah satu penumpang disebelahku untuk memastikan,
 "Bu, budhi asih masih jauh gak ya?"
"Budhi Asih mah udah lewat, neng.. di pasar rebo sono noh" sambil nunjuk kearah berlawanan
"hmm bukannya di..."
"mau kemana, neng?" ibu-ibu yanglain menanyakan aku
"ke budhi asih, bu"
"oh budhi asih masih jauh, neng.. nanti juga lewat"
"oh gitu ya, bu.."
"saya juga mau ke budhi asih" tetiba mas-mas di depanku menyambar, tampang agak bule tapi masih agak asia gitu.
"Oh yaudah bareng ya, mas.. makasih yaa"

Nah, disinilah asal mula kisah problemnya. Nggak lama diantara perempatan gitu, abang supir dengan suara gak terlalu jelas (kayaknya mah) bilang "budhi asih ada?"
Tiba-tiba mas-mas yang ada di depanku turun dan bilang "ya budhi asih". Kaya gak pake mikir lagi aku ikutan turun. Huft.. ternyata budhi asih masih jauh, karena si mas-masnya dan dengan satu orang kawannya jalan gak berenti-berenti. Sampe penasaran aku ngikutin mereka, aku nanya ke abang ojeg sekitar situ "Bang, budhia asih dimana ya?", "Oh disono neng, masih jauh. ayolah abang anetrin naik ojeg yok, masih jauh lho"
OMG masih jauh ternyata -__- Terus ngapain itu mas-mas turun disitu dan aku pake ikut lagi saking yakinnya T_T
Tapi aku masih belum percaya, aku jalan terus ngikutin tuh orang, selama jalan dibelakang mereka, aku baru sadar kalo mereka berdua itu turis.. sekali lagi TURIS. Woooiiii hestuuuu masa nanya jalan sama bule, ini negawa looo keleeeeus... hati ini menegur amat tajam. Sampai akhirnya aku mulai males ngikutin mereka dan mencari orang yang bisa ditanya, dan pada saat itu yang ada hanyalah anaka SD kelas 5, masih inget banget namanya Farah. Bocah manis yang baik hati. Ternyata dia sekolah di belakang Budhi Asih. Haaaa Thanks God. Kaya abis nemu air zam-zam di padang pasir (yekale sgitunye -_-). Ternyata Allah emang pingin kau ketemuan dulu sama si manis Farah. Oh Farah, sedang apa ya kamu sekarang? Makasih yaa udah jadi pahlwan dalam hidupku, sampai sekarang masih hafal sama suranya Farah yang lembuuut banget, keliatan banget anak itu anka yang lugu hehe

Sampai juga di Badiklat Kemensos, hahhh legaaaa... Hmmm tapi kok... (to be continue)

Haaa panjang juga ya ceritanya, lanjut nanti deh, ini baru edisi perjalanan. Edisi Rapimnasnya nyusul yaaa :D
Malam yang kelaparan, aku makan dulu yo ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS