RAHASIA YANG TERBONGKAR



Umair melakukan thawaf, berkeliling ka'bah sambil berdo'a kepada patung-patung yang jadi fans'nya selama ini. Dalam thawafnya ia curhat kepada patung yang bisu itu mengenai kegetiran hatinya belakangan ini.

Terbayang peristiwa memalukan itu… peristiwa yang terjadi di dekat sumur Badar ketika dua pasukan antara pasukan mu'min dengan pasukan Quraisy yang ia bela sedang bertempur. Terbayang pula kekalahan memalukan itu. Sungguh, tidak begitu memalukan baginya apabila tim sepakbola Indonesia tidak mampu menang pada Aff yang lalu. Karena toh ia orang Arab dan tidak membela kesebelasan Indonesia. Tapi ini, pasukan Quraisy yang ia bela kalah telak oleh pasukan mu'min yang jumlahnya tiga kali lebih kecil.

Dalam pada Umair berthawaf, terbayanglah oleh Umair wajah anaknya. Bukan, bukan karena wajah anaknya mirip patung bego yang ia sembah, tetapi karena anaknya di tawan oleh pasukan mu'min pada perang Badar itu. Maka kekesalannya yang dua kali lipat itu ia adukan kepada dewa-dewa bisu yang ada di Ka'bah.

Di tengah asyiknya Umair thawaf, tampaklah olehnya Safwan bin Umayyah, sahabatnya, yang sedang mejeng di pinggir Hijir. Umair menyapa Safwan. Dan Safwan mengajak sahabatnya itu untuk bergabung bersamanya, "Ngobrol sini yuk!" ucapnya.Lalu tak lama mereka berdua berada pada percakapan seru.

Percakapan itu tentu saja mengenai kekalahan pasukan Quraisy pada perang Badar. Terlukis dalam ngalor-ngidul mereka, bagaimana banyaknya pembesar Quraisy yang ko'it. Lalu tentang jumlah pasukan Quraisy yang jauh lebih besar, namun dijadikan pecundang oleh pasukan mu'min. Karena itu, patutlah kalau dendam bersemayam di hati mereka saat ini. "Tidak… Demi Allah kita harus membalas." Begitu sumpah Shafwan.

Lalu Umair berkata, "Demi Tuhan Ka'bah! Seandainya saya tidak banyak hutang yang harus dilunasi, dan tidak banyak keluarga yang saya khawatirkan, sunguh aku akan menemui si Muhammad, lalu kubunuh dia. Kemudian aku basmi agamanya dan aku hentikan segala kejahatannya." Kata Umair.

"Aku punya alasan kuat untuk berbicara dengannya. Akan kukatakan bahwa aku datang untuk membicarakan anakku yang tertawan itu." Lanjut Umair.
"Wahai Umair, biarlah hutang-hutangmu menjadi tanggunganku. Aku akan melunasinya bila engkau berhasil membunuh Muhammad. Keluargamu akan kugabung dengan keluargaku selama aku masih hidup. Hartaku cukup banyak untuk hidup senang dengan mereka semuanya!" Bujuk Shafwan.

"Kalau begitu, mari kita simpan rahasia ini. Jangan sampai ada yang tahu." Bisik Umair.
"Tentu. Percayalah padaku." Jawab Shafwan. Setelah percakapan itu, Umair pun segera pergi ke Madinah untuk menemui RasuluLlah. Tak ada yang curiga akan kepergian Umair.
Siang itu Umair dipergoki oleh Umar bin Khattab saat ia memasuki halaman masjid tempat Rasulullah ketika Rasulullah sedang berbincang-bincang dengan para sahabat mengenai perang Badar yang telah berlalu. Demi melihat Umair, Umar langsung berteriak, "Itu si Umair bin Wahab, musuh Allah. Demi Allah, pasti kedatangannya untuk maksud jahat. Dialah yang telah menghasut orang Mekah dan mengerahkan mereka memerangi kita di perang Badar."
Umair pun menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di Masjid. Lalu Umar melaporkan kedatangan Umair kepada RasuluLlah.

"Ya Nabi Allah, si Umair telah datang dengan menghunus pedang."
"Bawa dia kemari" titah Rasulullah.
Sambil mencengkram leher baju Umair (kayak ngangkat kucing aja yach?), Umar membawa Umair kepada Rasulullah.
"Lepaskan dia wahai Umar!" Perintah RasuluLlah. Dan Umair pun dilepaskannya.
"Mendekatlah ke sini wahai Umair. Apa maksudmu datang kemari?" Tanya Rasulullah.
"Aku ingin melepaskan tawanan. Jadi, baik-baiklah sama aku." Umair galak.
"Tapi kok sambil menghunus pedang? Apa kamu pengen membalas dendam gara-gara kalah di perang Badar? Jujurlah, apa mau kamu?"
"Kedatangan aku cuma karena masalah tawanan. Khususnya putraku."
"Bukannya kamu pernah duduk berdua dengan Shafwan bin Umayyah di dekat Hijir? Kalian membicarakan tentang mayat-mayat orang Qurais yang dilemparkan dalam sumur. Kemudian kamu berkata kepada Shafwan, seandainya kamu tidak bayak hutang dan keluarga yang kamu tinggalkan, pasti kamu udah membunuh Muhammad? Lalu Shafwan janji sama kamu untuk membayari hutang-hutangmu dan menjamin kehidupan keluarga kamu asalkan kamu mau membunuh Muhammad.

Demi Allah, kamu tidak akan mampu melaksanakan maksud jahatmu itu karena Allah selalu melindungiku." Betapa kagetnya Umair. Bisik-bisik tetangganya diketahui oleh Rasulullah. Padahal dia yakin sekali kalau tidak ada yang mendengar obrolannya dengan Shafwan. Kekagetan Umair itu pun mengantarkan hidayah ke dadanya, sehingga dia berkata, "Kami memang tidak percaya kepada apa yang engkau katakan berita dari langit, dan engkau katakan wahyu. Tetapi pembicaran dan perjanjianku dengan Shafwan, aku yakin benar tidak ada yang mendengar dan mengetahui, selain aku dan Shafwan. Demi Allah! Sekarang aku yakin, Allah yang telah menyampaikan rahasia itu kepadamu. Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku jalan, sehingga aku dapat hidayah untuk masuk Islam." Kata Umair.

Umair tersadar akan kejadian itu. Begitu menakjubkan bagi Umair. Sehingga segera ia mengucapkan dua kalimat syahadat yang disambut gembira oleh Rasulullah dan kaum muslimin.
Di Mekkah, Shofwan bin Umayyah menunggu gelisah. Dalam kegelisahan itu, sampailah berita kepadanya bahwa Umair telah masuk Islam. Terkejut bukan kepalang Shofwan. Dia menyangka bahwa Umair tak kan pernah meninggalkan agama nenek moyangnya.

Sementara itu, di Madinah Umair terus belajar tentang Islam. Hingga suatu saat ia meminta izin kepada Rasulullah untuk pergi ke Makkah menyebarkan ajaran Islam. Rasulullah mengizinkannya. Dan akhirnya dalam beberapa saat, sudah banyak orang yang mengikuti Umair untuk masuk Islam.

Makar itu pun berakhir dengan happy ending.
(^_^)

by : RAMAH



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
|Free Template Blogger | BERITA'KU | Indo Tutorials | SEO |
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar