Ini salah satu tulisan Hestu yang tembus dalam perlombaan Artikel se-Untirta yang diadakan pada momentum Hari Kartini dan Alhamdulillah dapat juara pertama. Yang penasaraan, ayo dibaca :)
Tema : Perspektif
Mahasiswa Dalam Emansipasi Wanita di Era Globalisasi
Judul : Menatap Wanita
Indonesia
Karya : Hestu Subhika
Garindi – Ilmu Komuniasi (Humas 4D)
Perihal : Lomba Artikel
Sepertinya tak akan
pernah habis manakala kita bahas persoalan yang dialami wanita, dari mulai
ujung rambut hingga kaki pasti ada saja yang dapat diperbincangkan, tak jauh
berbeda jika kita mengarah pada pandangan yang mengacu dalam proses pembebasan
seorang wanita, khususnya wanita Indonesia. Wanita yang selalu berjuang adalah
wanita yang kuat, wanita kuat yang sangat dikenal dalam perhelatan juang di
Indonesia adalah Raden Ajeng Kartini. Sosok sederhana namun bisa menginspirasi
dan mendobrak sistem yang dibuat oleh penjajah yang tidak diperbolehkannya
pendidikan masuk dan mengalir pada darah seorang wanita.
Emansipasi yang di
canangkan, sebagai bentuk penghormatan sosok wanita yang lebih berarti untuk
kehidupannya. Jika kita tengok lagi tentang emansipasi (eman.si.pa.si) yang
dalam Kamus Bahasa Indonesia berartikan; pembebasan dari perbudakan, persamaan
hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum
wanita dengan kaum pria). Emansipasi memang tak jauh dari pendengaran kita,
namun banyak yang mengartikan sebagai kesetaraan jender, mungki itu terlalu
berlebihan. Jika kita menyimak dan menganalisa arti emansipasi yang telah
dibahas oleh Kamus Bahasa Indonesia, maka kita harus tau bahwa yang dimaksud persamaan
hak adalah dalam mendapatkan pendidikan, seperti apa yang telah dirancang oleh
RA. Kartini. Dari mendapat pendidikan, seorang wanita dapat menjadi faham arti sebuah kehidupan, harus
apa ia dalam hidup ini dan bagaimana menghadapi hidup ini, karena dalam
mengemban bangku pendidikan maka sosok manusia dapat mengaplikasikan dan lebih
cepat untuk mengenal dunia dengan ilmu yang didapatnya.
Usaha RA. Kartini memperjuangkan
hak wanita Indonesia dalam memliki bekal ilmu, sangat menghasilkan hingga saat
ini. Jika kita mengingat kembali faktor adanya emansipasi, karena wanita dulu atau
pada zaman kolonial hanya boleh berkriteria 3R (kasur, dapur, sumur) tanpa
boleh berpendidikan layak. Jika kita telusuri lagi, sosok wanita adalah sosok
yang tak dapat dipungkiri dapat mengubah suatu kecil menjadi hal yang lur
biasa, wanita dapat mengerjakan tiga kegiatan sekaligus disaat pria hanya bisa
melakukan satu kegiatan saja. Wanita pun bisa menjadi dalang dalam membantu
pasangan hidupnya saat melancarkan kegiatan pasangannya yang (semisalnya) menjadi
seorang kepala daerah atau presiden, maka saat itu pula kekuatan seorang wanita
memberi masukan dan mencari cara agar pasangannya tetap aman, dan membimbing
anak-anaknya menjadi manusia yang unggul adalah faktor yang membuat penjajah
takut, akhirnya malah mengorbankan kesengsaraan ilmu pengetahuan bagi wanita.
Sangatlah berbeda
jika kita membandingkan antara wanita dulu dengan saat ini. Dari gaya, bahasa,
cara berkarya, pandangan, polemik dan cara menyikapi bangsa itu sangatlah
berbeda. Khusunya pandangan mengenai emansipasi wanita. Dalam praktiknya,
wanita saat ini lebih condong pada bagaimana cara mereka menjadi sosok yang
dapat berguna, terutama dalam menghasilkan sesuatu yang membanggakan dan membahagiakan
hidupnya.
Pengakuan wanita
yang dulu dijadikan budak dari pria yang di mindset era kolonial dan tidak
boleh melakukan sesuatu selain 3R, berbalik pada era globalisasi ini yang lebih
mengacu pada peradaban yang lebih berkualitas. Semisalnya saja, wanita saat ini
dapat menjadi dokter diberbagai Rumah Sakit di Indonesia, menjadi guru-guru
terbaik, menjadi pengamat dan psikolog handal, yang tak tertinggal bahwa 30%
wanita telah diakui dan dipercaya menjabat sebagai bagian dari pemerintahan
Indonesia. Masih banyak lagi yang dilakukan wanita saat ini, apa yang dilakukan dan diimpikan wanita dapat
terwujud dengan ilmu yang ia miliki, bukan hanya menjadi ibu rumah tangga
semata. Walau pada hakikatnya wanita bertugas menjadi seorang ibu dan mematuhi
apa yang diperintahkan pasangannya dalam menentukan urusan keluarga dan
lainnya.
Telah terlihat dan
terbukti bahwa emansipasi pada era globalisais membuat wanita lebih sukses
dalam berkarya, apalagi jika ia memiliki tekad yang kuat, akan terealisasikan
nyata. Emansipasi pada zama RA.Kartini yang kita tau sebagai masa pembebasan
wanita dari kebodohan, sangatlah menghasilkan. Walau pada faktanya banyak orang
yang mengartikan salah terhadap emansipasi yang dianggap kesetaraan jender.
Mungkin jika RA. Kartini masih hidup, ia akan marah saat tau khalayak
mengartikan emansipasi sebagai wadah untuk menjajarkan kaum wanita dan pria,
karena sampai kapanpun, peran wanita akan berbeda dengan pria, mulai dari hak
dan kewajibannya hingga kebutuhan sehari-hari.
Pelurusan pandangan
dari paradigma masyarakat Indonesia sangat penting dilakukan, agar tidak adanya
penyelewengan hak yang beralasan bahwa ini semua karena emansipasi. Wanita yang
berkarya adalah wanita yang dapat menyeimbangkan kualitas pribadi mereka,
membangun pandangan bahwa wanita pun bisa melakukan hal yang memang dapat
dilakukan oleh wanita. banyak sekali yang dapat diaplikasikan oleh wanita,
seperti yang dibahas sebelumnya bahwa wanita akan mampu melakukan tiga
pekerjaan sekaligus, mengurus apa yang tak bisa dilakukan pria dan menjaga apa yang harus ia jaga. Hakikat wanita yang kuat
luar biasa inilah yang memicu peradaban wanita sangat gesit dan tanggap dengan
siatuasi apapun.
Positif yang dapat
diambil haruslah lebih banyak ketimbang negatifnya, hanya saja kita tak boleh
melupakan negatifnya yang dapat mengintrospeksi diri. Jika kita melihat positif
dari emansipasi era globalisasi ini, maka negatifnya pun tak akan pernah luput.
Negatifnya, dalam kebebasannya, wanita saat ini ada saja yang memanfaatkan
emansipasi sebagai ajang memamerkan kemampuannya dengan cara yang tidak baik. Diskriminasi
acap kali dilakukan untuk memuaskan diri agar dirinya dapat menjadi sosok yang
diagungkan, kehormatannya dapat terenggut sadar maupun tidak ketika ia ingin
menggapai impian yang jalannya dengan cara diluar batas normal. Lupa pada arti
dasar emansipasi, sulit memahami maksudnya, sehingga pada aplikasinya terkadang
tak sesuai dengan seharusnya. Untuk itu wanita Indonesia haruslah memahami
perspektif emansipasi, agar tidak memanfaatkan kata pada jalur yang salah,
sehingga bisa menjaga dirinya untuk lebih normal dalam hidup dan menghidupkan.
Menjadi kebanggan
jika wanita Indonesia faham dengan apa yang harus ia lakukan, meletakan kodrat
dengan seharusnya, berperan menjadi wanita yang tau tempat dan tau mengapa ia
harus hidup di dunia ini. Sosok wanita Indonesia akan lebih sempurna jika
pemahaman terus dicari dan ilmu yang baik untuk memanfaatkan kemampuan bisa
diasah yang menghasilkan karya baru yang membanggakan. Hingga kini, pengaruh
emansipasi menjadikan sosok wanita Indonesia terus berkembang setiap waktunya
dan menjadi salah satu faktor pengaruh peradaban bangsa.
Habis gelap terbitlah terang, tak pernah lekang
oleh zaman...
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
|Free Template Blogger | BERITA'KU | Indo Tutorials | SEO |






1 komentar:
hestuuuuu keren, gaya bahasanya renyah untuk ukuran kita para mahasiswa (konsumsi aktif) dari setiap kalimat dan kata seperti nada2 dlm musik yg dpt melahirkan melodi yg senada ketika dibaca dan diresapi. dapat menjadikan cambuk khusunya dizaman sekarang ini dimana emansipasi wanita itu sudah keluar jalur dari arti sesugguhnya. tanda tanya besar itu sudah pasti akan lahir bagi kita2 yg hdp di zaman sekarang tentang arti emansipasi wanita di era serba instan dan semau gue
Posting Komentar