Sampai saat ini aku masih belajar dalam menata hidup dan belajar mengerti sesama. Bukan tanpa sebab, tapi memang semua harus kulakukan, agar aku bisa tetap hidup. Ya, tetap hidup. Hukum sosial yang begitu berlaku dalam kehidupan ini memaksa aku untuk keluar dan menaati apa yang ada di hidup ini. Ada rasa lelah, namun entah kenapa tubuh ini terus menolak, mungkin pada saat ini masih menolak, tak menjamin nanti walau tetap berharap dalam kekonsistenan bergerak.
Aku memang terlahir dari rahim orang-orang yang saat ini bergelut aktif dalam suatu lingkungan yang terus-menerus mencoba berlari dalam "kebaikan", semoga itu kebaikan, karena memang terlihat baik diluar. Selalu berharap agar kekonsistenan ini bisa terus dipupuk dalam keluarga kami, dan kebaikan-kebaikan meliputi keluarga mungil ini. Adikku yang semakin tumbuh berkembang, kemarin ia memunculkan bakatnya, ia berpidato dihadapan ratusan pasang mata di sekolahnya. Kala itu ia diutus untuk menjadi pelajar yang membuka peresmian perlombaan olimpiade matematika se Kota Tangerang yang kebetulan bertepatan di sekolahnya. Adikku termasuk anak yang memiliki tanggungjawab besar, walau sesungguhnya ia anak yang manja kepada mama. Aku memaklumi kemanjaannya, begitu membuatku nyaman, karena ia bisa bebas bercerita kepada kami setiap sepulang sekolahnya, nyaman karena itu berarti ia tetap percaya kepada kami keluarga intimnya.
Banyak yang kukagumi dari adikku akhir-akhir ini. semakin kesini semakin memperlihatkan prestasinya. Dan aku yakin, jika keadaannya selalu dinamis dalam prestasinya dan terus meningkat, maka ia akan menjadi orang yang berkualitas juga dicari banyak orang kelak. Adikku sering merasa tak enak kpadaku, walau itu hal yang kuanggap biasa saja. Aku pernah mendengar cerita dari mama kalau adikku merasa tak enak karena ia diberikan fasilitas les privat, sedang aku tidak. Dulu aku sempat iri, tapi aku rasa itu semua salahku, karena aku sendiri pun menolak setiap kali mama dan papa menawarkan fasilitas untuk privata. Menyesal? jelas. Tapi iri? sama sekali rasa itu sudah hilang saat kukenang khilafku.
Ya, masih tentang adikku yang juga tidak pernah marah ketika aku tidak sengaja memakan jajanannya atau meminum minuman yang ia siapkan didalam kulkas untuk didinginkan. Sama sekali tidak marah. Karena aku sangat menghargai keikhlasannya, aku sampai meminta maaf setulusnya maaf, selakyaknya aku sudah berbuat dosa besar kepadanya. Ia hanya bilang "Iya, mba.. gapapa", suaranya yang lembut menusuk daun telingaku hingga kerelung hati. Aaah kenapa selalu lembut sekali, dek? padahal aku selalu iseng kepadamu, tetap ia menjadi adik yang semestinya. Aku dan dia biasa bertengkar manakala sama-sama tidak sabar menunggu janji diantara kami. Sebatas itu dan sudah.
Yang biasa bertengkar dengan adikku malah mama, haha aku rasa itu lumrah suara seorang ibu, yang nyaring acap kali terdengar sumbang ditelinga kami para anak. Tapi aku yakin mama adalah orang yang luar biasa berjuang untuk kami. Aku sangat merasakan itu, hal yang paling terasa yaa saat aku butuh sesuatu selalu saja mama memberi yang terbaik. Mama juga mengajarkan bagaimana kita harus sabar dalam berusaha, apapun usaha kita. Mama yang selalu menyupport dengan sekuat tenaga agar anak-anaknya selalu PD dan terus berprestasi. "Mba etu mah gitu doang bisa laaah...", itu kata-kata mujarab yang biasa diucapnya saat aku atau adikku ingin melakukan sesuatu yang kami rasa itu beban yang berat. Dan biasanya usaha yang kulakukan benar-benar lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Selain aku percaya kata-kata yang terucap dari mulut mama adalah doa, aku juga percaya doanya sangat mujarab bagiku. Jadi teringat, kala aku masih duduk di bangku SMP, setiap kenaikan kelas selalu kelas itu di rolling. Kelas 1 aku di kelas B, kelas 2 di kelas F, dan biasanya kenaikan kelas 3 akan kembali pada kelas yang semula ketika kelas 1, yaitu B. Tetapi karena mama saat itu tidak sengaja mengucap asal "ah paling nanti kamu masuk kelas L", guyonnya kepadaku sambil ketawa nyeleneh. Ketika aku melihat pengumuman pembagian kelas, ternyata benar saja aku masuk kelas L, isinya anak-anak hiperaktif tingkat dewa, mereka anak-anak nakal dan memberiku banyak PR. PR kehidupan, intinya aku kapok dan sering menangis karena masuk kelas itu. Tapi karena mama merasa bersalah, mama selalu memberikan semangat kepadaku, dan aku semakin termotivasi juga diajarkan bahwa setiap apa yang aku jalani saat ini akan ada hikmah, semua dari Allah SWT.
Ya, banyak lagi pengalamanku dapat dari mama yang begitu fulgar menceritakan apapun tentang apa yang ia tau, selayaknya sahabat aku seperti mendengarkan buku sejarah yang menginspirasi disetiap ceritanya. Aku dan adikku dimotivasi dengan cerita hidupnya sejak kecil hingga menjadi seperti sekarang ini. Banyak..banyak.. dan banyak yang mama ajarkan kepadaku, sampai aku sulit meluapkan seluruhnya disini. Kesan yang indah juga banyak. Dan akhir-akhir ini mama sedang sibuk mempersiapkan aku agar bisa menjadi istri yang profesional haha.., mungkin karena usiaku yang sudah menginjak kepala 2. Entahlah. Tapi aku anggap itu menjadi sebuah pembelajaran yang bermanfaat, sampai-sampai aku bisa memberikan pencerahan untuk teman-temanku yang sudah berkeluarga, macam konsultan yang sudah lama menikah. Aku berkata, ini pengalamanku dalam keluarga kecilku, haha sok tau sangat.
Begitulah mama, wanita hebat yang papa miliki selama hidupnya. Seperti yang papa juga lakukan, banyak sekali yang menginspirasi. Papa memiliki banyak kawan dan entah mengapa seperti membius banyak orang untuk bisa menjadi patnernya. Padahal jika dirumah papa termasuk watak yang menyebalkan, kami sampai dibuat kesal jika kemauannya ingin segera dipenuhi. Tapi ia selalu mencari cara bagaimana memenuhi apa yang harus kami penuhi. Sweet. Aku malah sampai lupa bahwa papa adalah seorang bapak yang patut aku jadikan bapak. Karena aku dan papa bagai adik kakak. Papa juga sering mencurahkan apa yang sedang ia rasa saat ini. Saking ia khawatir denganku, papa juga banyak memberi petuah sehat untukku.
Yaa inilah keluargaku yang begitu dinamis. Ibarat anak-anak kost yang sedang mengarungi kehidupan. Bedanya hanya aku dan adikku seperti sedang ditraktir oleh kedua teman itu, papa dan mama. Haha.. yaa mereka begitu romantis. Tapi tak melulu dalam keluarga itu adem ayem saja, akan hambar pasti rasanya. Kami juga sesekali memperdebatkan sesuatu, berdiskusi sampai alot, bahkan bercerita sampai suasana panas tak terbendung. Tapi setelah itu kami seperti orang yang dilupakan dari pertengkaran kecil-kecilan itu, dan kembali harmoni. Kami saling support dan tak jarang membuat proker kedepan, haha seperti organisasi saja. Tapi itulah keluargaku, keluarga ajaibku.. :)
*Suasana Sore - Kocipta Untirta
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
|Free Template Blogger | BERITA'KU | Indo Tutorials | SEO |






0 komentar:
Posting Komentar